Calon Geuchik Nomor 2, Agus Suryadi Siap Bangun Tata Kelola Gampong yang Terbuka dan Efektif

DELIK NASIONAL

- Redaksi

Senin, 28 Juli 2025 - 15:53 WIB

5093 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aceh Timur – Dari sebuah desa di hulu Kecamatan Simpang Jernih, suara perubahan perlahan-lahan mulai terdengar. Desa Batu Sumbang, yang selama ini nyaris luput dari perhatian media dan kebijakan besar kabupaten, kini tengah bersiap menyambut momentum enam tahunan: pemilihan Geuchik. Dalam hiruk pikuk pesta demokrasi lokal itu, satu nama mengemuka—Agus Suryadi. Bukan sekadar kandidat, tetapi pembawa gagasan yang mencoba mendefinisikan ulang peran seorang kepala desa di tengah realitas sosial yang kompleks.

Agus bukan figur asing bagi masyarakat Batu Sumbang. Ia tumbuh bersama denyut kehidupan desa yang masih kerap bergulat dengan keterbatasan infrastruktur, akses pelayanan publik, dan dinamika ekonomi yang stagnan. Namun perjalanan hidup membawanya pada profesi yang mempertemukannya dengan banyak wajah ketimpangan dan harapan: jurnalis. Bertahun-tahun ia menyusuri daerah-daerah pedalaman sebagai pekerja pers, menuliskan kisah-kisah kecil yang sering tak tersentuh kebijakan besar.

Kini, dengan pengalaman itu, ia kembali ke desa, membawa pandangan baru tentang apa yang semestinya menjadi prioritas. Bukan janji, katanya, tapi strategi. Bukan pembangunan yang elitis, tapi pelayanan yang menyentuh kehidupan warga dari dekat—dan dari dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari 14 program yang ia susun, sembilan di antaranya adalah program yang langsung menyentuh kebutuhan harian masyarakat. “Saya tidak bicara proyek besar. Saya bicara tentang ibu yang ingin melahirkan tapi khawatir tidak ada biaya. Tentang bapak yang meninggal dan keluarga tak tahu bagaimana urus jenazah. Tentang anak yang pintar tapi tidak tahu ke mana harus cari biaya kuliah,” ujarnya dalam sebuah pertemuan terbuka bersama warga di meunasah desa.

Program-program Agus dirancang menyasar titik-titik vital: pengadaan ambulans desa, beasiswa bagi pelajar dari keluarga kurang mampu, fasilitasi pengurusan administrasi kependudukan (Adminduk), santunan untuk warga yang mengalami musibah atau wafat, bantuan bagi ibu hamil yang akan melahirkan, serta akses pengobatan gratis dalam kondisi darurat.

Di luar itu, ia juga menggarisbawahi persoalan yang selama ini tabu disinggung dalam forum resmi desa: narkoba. “Batu Sumbang tidak boleh menjadi koridor gelap peredaran narkotika. Ini bukan isu kota, ini juga soal desa. Kita tidak akan kompromi,” tegasnya. Salah satu visinya adalah menjadikan Batu Sumbang sebagai Gampong Bebas Narkoba, bukan hanya sebagai slogan, tapi dengan mekanisme deteksi, pendampingan, dan edukasi lintas usia.

Yang menarik, Agus tidak bicara sendirian. Ia mengajak warga membedah setiap programnya, membuka diskusi soal anggaran, skema gotong royong, dan koneksi eksternal yang bisa digunakan. Ia mengklaim memiliki akses ke jejaring sosial yang lebih luas, mulai dari organisasi sosial, media, hingga lembaga pemerintah. “Kita tidak bisa hanya menunggu dana desa. Kepala desa hari ini harus mampu membawa program ke desa, bukan menunggu program datang,” ucapnya.

Salah satu proposalnya yang menjadi sorotan adalah pengadaan mesin RO mini—sebuah teknologi penyaring air yang akan digunakan untuk menjamin ketersediaan air bersih. Di desa yang airnya sering keruh dan tidak layak konsumsi, usulan ini mendapat banyak sambutan. Namun di sisi lain, tantangan teknis dan pembiayaan masih menjadi pertanyaan.

Para pendukung Agus melihatnya sebagai pemimpin baru yang tidak sekadar hadir karena garis keturunan atau popularitas keluarga. Ia membawa ruang dialog dalam politik desa yang selama ini sering dibungkam oleh kompromi-konpromi tertutup. Ia datang dengan catatan, bukan catatan prestise, tapi catatan masalah dan solusi yang dikumpulkannya sendiri dari cerita warga.

Namun jalan menuju perubahan tidak selalu mudah. Lawannya dalam kontestasi juga memiliki pendukung loyal. Ada suara-suara yang menyangsikan kemampuan Agus dalam mengelola birokrasi desa, karena latar belakangnya yang bukan dari pemerintahan. Tapi Agus menjawab dengan sederhana: “Saya tidak ingin menjadi birokrat. Saya ingin menjadi pelayan.”

Apa yang diperjuangkan Agus bukan sekadar kemenangan di kotak suara. Tapi semacam mandat moral untuk memulihkan kepercayaan warga pada pemimpin desa. Ia menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi dalam pemerintahan lokal: pengelolaan terbuka, aspiratif, dan responsif terhadap kebutuhan nyata.

Masyarakat Batu Sumbang kini berada di persimpangan penting. Apakah mereka akan tetap berjalan pada jalur lama yang penuh kompromi, atau memilih untuk mengambil risiko dengan memberi kepercayaan pada wajah baru—yang datang dengan semangat, rencana, dan keberanian untuk menantang kemapanan desa.

Dalam dinamika yang sunyi namun bergelora itu, suara perubahan sedang mengalir. Bukan dari megafon partai atau baliho besar. Tapi dari percakapan kecil di warung kopi, dari obrolan di meunasah, dari kekhawatiran para ibu, dari semangat anak-anak muda yang ingin pulang ke desa dengan bangga.

Dan dari sana, nama Agus Suryadi mulai dikenal. Bukan karena janjinya, tapi karena niatnya. Bukan karena gelarnya, tapi karena keberaniannya untuk mencoba merobek diam yang terlalu lama menyelimuti Batu Sumbang. (RED)

Berita Terkait

KSOP Idi dan Dugaan Pungutan Liar: LAKI Ultimatum Aksi Lebih Besar Jika Tak Ada Perubahan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur Dilaporkan ke Kejari Terkait Dugaan Penyelewengan Anggaran Pendidikan
SDN 1 Idi Tunong Kekurangan 5 Lokal, LAKI: Ini Bukan Sekolah, Ini Penghinaan terhadap Masa Depan Anak

Berita Terkait

Senin, 27 Oktober 2025 - 06:52 WIB

Kuasa Hukum Sebut Kasus Rahmadi Sarat Rekayasa, Minta PN Tanjungbalai Bebaskan dari Dakwaan

Rabu, 15 Oktober 2025 - 21:21 WIB

Rahmadi Ungkap Tekanan di Polda Sumut: “Saya Dipaksa Baca Naskah Pengakuan Buatan Kompol DK”

Kamis, 9 Oktober 2025 - 21:40 WIB

Terbukanya Kotak Pandora Kepemilikan Narkotika Perkara Rahmadi

Jumat, 3 Oktober 2025 - 18:58 WIB

Keluarga Rahmadi Kirim Surat Terbuka ke Jaksa Agung, Minta Keadilan atas Tuntutan 9 Tahun Penjara

Jumat, 15 Agustus 2025 - 17:51 WIB

Rekayasa Kasus Narkotika, Integritas Polisi Dipertanyakan

Kamis, 14 Agustus 2025 - 14:11 WIB

Gugat Ketidaksesuaian Barang Bukti, Kuasa Hukum Lombek Cs Ajukan Eksepsi

Rabu, 30 Juli 2025 - 16:36 WIB

Putusan MK: Kritik Damai Tak Bisa Dipidana, Kompol DK Laporkan Warga Dinilai Upaya Pengalihan Isu

Selasa, 29 Juli 2025 - 06:29 WIB

Drama Rekayasa Aksi di Sidang Narkoba Tanjungbalai: Dibayar Rp50 Ribu Demi Menekan Hakim!

Berita Terbaru

NASIONAL

Isu Jual Beli Dapur Di BGN, Tendensius dan Hoaks

Senin, 27 Okt 2025 - 08:17 WIB